oleh

“Legislator DPR Minta Fitnah Radikalisme Tak Dijadikan Pengalihan Isu Kegagalan Rezim Penguasa Mengelola Negara”

Spread the love

Rasionalnews politik dan hukum ( 18/02/2022)

Jakarta – Anggota DPR RI M. Nasir Djamil mengingatkan Rezim Jokowi beserta Buzzer Buzzer Rupiah istana tidak menjadikan isu radikalisme secara berlebihan, sehingga menghilangkan sejumlah isu krusial yang harus diperhatikan.

“Mau Sampai Kapan Rezim Jokowi Jualan Isu Radikal, Sementara Jajarannya Brimob & Polisi Terlibat Kelompok KKB,

Menurutnya, menjadikan isu radikalisme, apalagi ditujukan untuk identitas dan agama tertentu, sangat kontradiktif dengan upaya membangun harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Bubarkan Densus 88 yang Menghamburkan Uang Rakyat , tidak berprestasi , Tidak berani ke Papua & Terlalu Sibuk Islamophobia,

Menurut Nasir, dirinya tidak menafikan perilaku keagamaan yang menyimpang berpotensi menjadi radikalisme yang menjurus kepada gerakan terorisme. “Radikalisme jangan hanya dilihat dari satu aspek saja, melainkan harus ditinjau dari berbagai sudut. Saat muncul radikalisme, justru pemerintah harus bertanya ada apa dengan perilaku sosial yang menyimpang terjadi,” ujarnya dalam rilisnya kepada Parlementaria

Dikatakan politisi F-PKS itu, justru dirinya kuatir bahwa memunculkan isu radikalisme secara berlebihan adalah upaya untuk menutup kelemahan pemerintah mengatasi sejumlah masalah yang kini membutuhkan perhatian yang serius. “Saya curiga isu radikalisme ingin menutup berbagai masalah yang kini tidak kunjung tuntas penyelesaiannya,” terangnya sembari menekankan saat ini ada sejumlah masalah yang wajib dituntaskan agar pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin bisa berhasil lima tahun ke depan.

Misalnya pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat yang semakin lemah, gerakan separatisme di Papua, soal kebakaran 800 ribu hektar hutan yang menyebabkan penderitaan bagi rakyat setempat, kekeringan dan susahnya mendapatkan air bagi masyarakat yang daerahnya dilanda musim kemarau, serta krisis hukum dan supremasi hak asasi manusia. “Kasihan rakyat Indonesia kalau hanya dijejali dengan isu radikalisme,” pungkasnya.

https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/26260/t/Legislator+Minta+Radikalisme+Tak+Dijadikan+PengalihanIsu”
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/za-effendy-sindir-polisi-sampai-kapan-jualan-isu-radikal-sementara-jajarannya-terlibat-kelompok-kkb.htm

*Mau Sampai Kapan Rezim Jokowi Jualan Isu Radikal” Sementara Jajarannya Brimob & Polisi Terlibat Kelompok KKB”

Ini Kejadian yang Ke 5 Kalinya , Kasus dua oknum Polisi penjual amunisi ke teroris KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) di Papua mendapat sorotan anggota DPR RI, Fadli Zon.

“Bubarkan Densus 88 yang Menghamburkan Uang Rakyat , tidak berprestasi , Tidak berani ke Papua & Terlalu Sibuk Islamophobia*

Fadli Zon mengomentari twit ZA Effendy yang menyoroti keterlibatan oknum aparat dalam kasus penjualan amunisi ke teroris KKB.

“Rezim Islamophobia , RI Takut Islam Radikal Padahal PKI Jauh Lebih Ngeri dan Keji, Rocky Gerung: Umat Islam terus Dipojokkan”

ZA Effendy meminta agar polisi tak jualan isu radikal lagi karena jajarannya sendiri masih terlibat kelompok teroris KKB.

“Sampai kapan mau jualan isu radikal? Sementara jajaran internalnya, untuk kesekian kali, terlibat kelompok KKB Papua! Jangan alihkan isu utama,” katanya melalui akun Twitter @ZAEffendy.

ZA Effendy Sindir Polisi: Sampai Kapan Jualan Isu Radikal? Sementara Jajarannya Terlibat Kelompok KKB,

Fadli Zon lantas menyarankan kepada Polri untuk berbenah dan melakukan evaluasi.

“Sebaiknya berbenah diri, berkaca, yang jual-jual senjata ke separatis/teroris siapa sehinga mereka jadi kelompok bersenjata. Kalau tak ada jual beli senjata, mungkin jadinya KKBR (Kelompok Kriminal Bambu Runcing),” kata Fadli Zon melalui akun Twitternya @fadlizon, Sabtu (30/10/2021).

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini meminta Polri untuk mengurus dua oknum polisi penjual amunisi ke teroris KKB.

“Ini saja urus dulu. Katanya NKRI harga mati,” sindir Fadli Zon.

Sebelumnya, dua oknum polisi penjual amunisi ke teroris KKB ditangkap Satgas Nemangkawi di Nabire Papua.

Dua oknum polisi tersebut diduga menjual butir peluru ke teroris KKB.

Peluru tersebut digunakan teroris KKB untuk menembak mati warga sipil dan aparat TNI dan Polri yang bertugas di Papua.

Dua oknum polisi tersebut merupakan anggota Polda Papua yang bertugas di Polres Nabire dan Polres Yapen.

Keduanya adalah Bripda Ardi Sineri dan Brigadir Jony Prasetya.

Direskrimum Polda Papua Komisaris Besar Polisi Faizal Rahmadani membenarkan adanya penangkapan ini dua oknum polisi penjual amunisi ke teroris KKB tersebut.

“Memang benar ada penangkapan terhadap dua personel Polda Papua oleh Satgas Nemangkawi dan anggota Polres Nabire,” kata Faizal Rahmadani, Jumat (30/10/2021) malam.

Dia menjelaskan, kedua personel yang ditangkap sejak Rabu (27/10) sudah diamankan di Polda Papua untuk diperiksa lebih lanjut.

Saat ditangkap, tidak ditemukan barang bukti amunisi karena diduga sudah dijual sehingga penyidik masih terus melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan.

“Keduanya terindikasi sudah menjual amunisi tersebut ke kelompok kriminal bersenjata (KKB) namun ke kelompok mana itu yang sedang didalami,” tandas Rahmadani.

Bubarkan Densus 88 yang Menghamburkan Uang Rakyat , tidak berprestasi , Tidak berani ke Papua & Terlalu Sibuk Islamophobia

Jakarta – Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menanggapi kasus Mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) Munarman yang akan menjalani proses persidangan.

Rezim Islamophobia , RI Takut Islam Radikal Padahal PKI Jauh Lebih Ngeri dan Keji, Rocky Gerung: Umat Islam terus Dipojokkan

“Kasian juga, ditangkap 27 April sekarang Oktober hampir enam bulan kasusnya menggantung begitu saja. Sementara orangnya sudah ditangkap, sudah diperlakukan sebagai terduga terorisme,” kata Refly dikutip Suara Islam Online, Sabtu (9/10) melalui tayangan di kanal Youtube Refly Harun.

Refly Harun: Saya Gak Percaya Kalau Munarman Jahat dan Apalagi Terlibat Terorisme

Refly meyakini Munarman bukan orang jahat. “Hati kecil saya gak percaya kalau Munarman jahat, ya kalau dia mengkritik pemerintah itu memang sikap kritis dan pilihan perjuangannya,” jelasnya.

“Kalau dia (Munarman) agak kekanan-kananan (red: Islam) atau bahkan kanan betul dengan bergabung dengan FPI itu juga sikap hidupnya,” tambah Refly.

“Tapi kalau terlibat dalam terorisme, ngebom sana ngebom sini, bunuh sana bunuh sini, gak percaya rasanya,” tambahnya kemudian.

Kemudian, kata Refly, mungkin orang akan bilang lihat dulu pengadilannya. “Iya sih, walaupun saya merasa bahwa banyak misteri dengan kasus yang melibatkan FPI, Munarman, Habib Rizieq, enam laskar FPI, itukan satu paket,” ungkapnya.

“Dan kita tidak bisa mengatakan this is a pure Law enforcement (ini adalah penegakan hukum murni), itu yang jadi persoalan. Tidak bisa kita menganggap ini betul-betul masalah yang terkait dengan hukum secara pure (murni),” tandas Refly.

Seperti diketahui, berkas perkara dugaan tindak pidana terorisme dengan tersangka Munarman telah dinyatakan lengkap atau P21.

Selanjutnya Munarman akan menjalani serangkaian proses persidangan.
Kuasa hukum Munarman, Aziz Yanuar menyatakan, ia bersama kliennya sudah siap untuk menghadapi jalannya persidangan. “Akan kami hadapi setiap jalannya persidangan,” kata Aziz pada Kamis lalu (7/10).

Sebelum ditangkap, Munarman pernah menyampaikan adanya operasi untuk menteroriskan dirinya dan FPI, dan hal itu terkait dengan pembunuhan 6 pengawal Habib Rizieq Shihab di tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12/2020) lalu. 

“Ini ada operasi media yang besar-besaran dan sistematis untuk penggalangan opini publik dalam rangka memframing, menstigma dan melabelisasi saya dan FPI agar diteroriskan. Tujuannya supaya kalau FPI dianggap organisasi teroris maka pembunuhan terhadap anggota FPI itu menjadi sah. Supaya nanti kalau pengurus FPI mati ditembak atau ditangkap itu tidak ada yang bela, dan kasus enam laskar menjadi hilang,” kata Munarman dalam video yang diterima Suara Islam Online, Kamis (11/2/2021).

Rezim Islamophobia Jokowi , RI Takut Islam Radikal Padahal PKI Terbukti berulang Kali Jauh Lebih Ngeri dan Keji, Rocky Gerung: Umat Islam terus Dipojokkan

Hajinews.id – Rocky Gerung merasa heran melihat Indonesia yang terkesan lebih takut dengan Islam radikal padahal diketahui PKI jauh lebih ngeri dan keji.

Terburuk Rezim Islamophobia era Jokowi Yang selalu Menyudutkan Umat Muslim Indonesia

Menurut Rocky Gerung, seharusnya Indonesia lebih waspada dengan PKI.

Sekjen MUI Ingatkan Moeldoko dan Rezim Islamophobia Untuk Stop Menyebutkan Kata Radikal Kepada Lembaga Pendidikan

Rocky Gerung mengatakan PKI adalah kisah memilukan yang mana hal tersebut tidak boleh dilupakan negara.

Karena gerakan tersebut telah menghancurkan banyak tokoh agama Islam dengan cara yang tercela dan mengenaskan.

Karena itu, sudah sewajarnya pemerintah harus mewaspadai kemunculan kembali PKI alih-alih takut dengan Islam radikal.

Rocky Gerung menganggap kekuasaan terlalu berlebihan untuk mengangkat isu radikalisme agama, bahkan pemerintah dinilai cenderung menyudutkan umat Islam dalam berbagai kebijakan.

“Kalo sekarang umat Islam dipojokkan oleh kekuasaan, saya sebut dipojokkan karena memang sinyalnya begitu, buzzer nya kerjaannya begitu, ketegangan itu akan memuncak lagi,” tutur Rocky Gerung.

Ia juga berpendapat bahwa pemerintah tampaknya kurang memperhatikan, bahkan membiarkan potensi kelahiran kembali PKI atau komunisme justru berpotensi menimbulkan ketegangan baru.

Rocky Gerung menduga jika terus menyudutkan umat Islam di Indonesia, bukan tidak mungkin pemerintah akan kembali bergandengan tangan dengan kelompok-kelompok tersebut.

Dikutip Kabar Besuki dari YouTube Rocky Gerung Official, menurut Rocky Gerung, padahal tanda-tanda ketegangan sudah mulai terasa.

Apalagi, diorama pencopotan G30S PKI yang tiba-tiba menghilang dari Museum Kostrad merupakan bagian dari kisah kelam yang akan selalu dikenang seluruh umat Islam sebagai perjuangan keadilan

Jelang NonBar G30SPKI , Ini Contoh Kekejaman Partai Komunis Ketika Berkuasa , Waspada Penghapusan Brutal Jejak Berdarah Kebiadaban PKI Era Rezim Jokowi

Medan, FNN – Seram, mencekam dan sangat mengerikan. Berikut ini contoh kalau partai komunis berkuasa. Sadis, brutal. Dan tidak ada yang berani membawa mereka ke pengadilan.

Sejarawan UI : Andai Tahun ’65 PKI Menang, Tak Terbayangkan Jumlah Rakyat Indonesia akan Dibunuh !!!

Itu yang terjadi selama 30 tahun di negara bagian West Bengal (Benggala Barat) di India timur. Partai Komunis India-Maois (Communist Party of India-Maoist) disingkat CPI-M pada 1977 berhasil merebut kekuasaan di West Bengal yang berbatasan dengan Bangladesh itu.

Mengenal Tanda Tanda Nyata Kebangkitan PKI yang Terjadi Sejak Reformasi 1998

Menurut catatan majalah Swarajya, ada ribuan kali pembunuhan sadis yang dilakukan oleh CPI-M. Sebelum berkuasa pun mereka tunjukkan kesadisan. Begitu berkuasa, mereka jadikan kekejaman itu sebagai kultur institusional pemerintahan. Kalau ada kelompok yang coba-coba muncul beroposisi, selesai dalam sekejap.

Dari sekian ribu pembunuhan oleh CPI-M yang tidak terdokumentasikan, ada 5 tindakan sadis yang tak akan pernah terlupakan. Inilah 5 peristiwa kejam yang sama sekali di luar akal sehat.

  1. Pembunuhan di Sainbari (Maret 1970), sebelum CPI-M berkuasa. Ini awal mula pembunuhan yang menjadi instrumen politik CPI-M. Para kader partai membunuh dua tokoh Partai Kongres dari keluarga Sain. Begitu sadisnya pembunuhan ini, para pelaku memaksa ibu dari dua bersadara tsb untuk memakan nasi yang disirami dengan darah kedua anaknya yang dibunuh itu. Si Ibu langsung mengalami gangguan jiwa berat sampai dia meninggal 10 tahun
    kemudian.
  2. Pembantaian Marichjhapi (Januari 1979). Pemerintah front kiri yang dipimpin Partai Jyoti Basu membiarkan para pengungsi Hindu dari Bangladesh kelaparan. Kemudian mereka menembak mati para pengungsi itu. Kam pengungsi dibakar. Kepada mereka ditembakkan gas air mata ketika para kader CPI-M dan polisi setempat harus membubarkan pengungsi tsb. Ada 60,000 orang warga Hindu Bangladesh yang melarikan diri ke kawasan Sunderban di Benggala Barat.

Para pengungsi berusaha melarikan diri dengan perahu. Tapi, banyak yang akhirnya jatuh ke laut dan kemudian dimangsa buaya. Bayi, anak-anak, para lansia 70-80 tahun banyak yang tewas dalam pembantaian ini. Hingga sekarang tidak diketahui berapa jumlah yang dibunuh. Pembantaian ini dilakukan karena CPI-I memutuskan untuk mengusir para pengungsi itu.

  1. Para biksu Ananda Marga yang dibakar hidup-hidup (April 1982). Ananda Marga adalah kelompok yang melepaskan diri dari ajaran Hindu yang dianggap eksploitatif seperti sistem kasta, tahyul, dll. Suatu hari, mereka berkumpul di pinggiran selatan kota Kolkata (Calcutta) untuk acara pendidikan. Tiba-tiba saja para kader CPI-M yang dipimpin langsung oleh para pejabat kota menyerbu dan membakar mereka hidup-hidup. CPI-M melakukan tindakan bidab dan sadis ini karena takut Ananda Marga akan muncul sebagai kekuatan besar yang bisa mengancam partai komunis.

Sejumlah taksi yang membawa anggota Marga dicegat. Penumpang taksi disirami bensi dan dibakar langsung di tempat. Setidaknya 17 anggota Marga tewas dan banyak lainnya luka-luka parah. Tak satu pun pentolan CPI-M yang diproses hukum sampai hari ini.

  1. Pembantaian Nanoor (Juli 2000). Para kader CPI-M dan pejabat setempat membunuh 11 buruh tani Muslim yang tak punya lahan. Ini dilakukan hanya gara-gara warga Muslim ini mendukung partai oposisi dan mempersoalkan batas tanah. Orang-orang yang menyaksikan pembunuhan itu pun ikut diserang oleh para anggota CPI-M. Para saksi pembantaian juga mau dihabisi dengan tujuan agar para pelaku tidak bisa dilacak dan pengadilan atas diri mereka tak bisa dilaksanakan.

Setelah lima tahun berlalu, kasus pembunuhan sadis ini belum juga selesai. Sebanyak 79 kader Marxist CPI-M masih menunggu sidang. Kader CPI-M melakukan teror ala geng sepedamotor di kawasan Nanoor untuk membungkam kemunculan partai lain. Pola yang mereka lakukan adalah menggertak wanita, membakar gubuk mereka, memukuli atau membacok yang laki-laki. Mereka juga membakar gabah yang baru dipanen. Tak jarang penduduk harus mengungsi.

  1. Pembantaian Nandigram (Maret 2007). Berawal ketika pemerintah CPI-M mencoba merampas tanah pertanian seluas 4 hektar untuk perusahaan asing di Nandigram, Kabupaten Purba Medinipur. Para petani membentuk persatuan untuk melawan merampasan tanah tsb. Mula-mula geng sepedamotor CPI-M menyerang. Mereka mambakar gubuk para petani. Setelah itu para kader komunis itu melepaskan tembakan beruntun yang menyebabkan 14 orang petani tewas.

Jumlah sesungguhnya tidak akan pernah diketahui. Warga melihat tumpukan mayat para petani yang dibuang begitu saja.

https://suarabanyuurip.com/kabar/baca/din-samsudin–bubarkan-densus-88

Pembunuhan sadis seperti yang diuraikan di atas dilakukan oleh CPI-M di mana saja mereka memegang pemerintahan. CPI-M melakukan pembunuhan kejam terhadap siapa pun yang berbicara atau bekerja untuk memperkuat India atau perjuangan nasionalis.

Jadi, pengalaman India ini cukup bagi kita untuk melihat watak kaum komunis pada umumnya. Sekali lagi, mereka itu sadis dan tidak punya perikemanusiaan. Tidak punya hati sedikit pun. Binatang mungkin lebih manusiawi bari kaum komunis.

Artinya, penyiksaan para jenderal di Lubang Buaya pada 1965 bukanlah hal yang luar biasa bagi PKI. Cukup mengherankan mengapa Hilmar Farid sangat “passionate” mempresentasikan PKI sebagai orang baik. Boleh juga ditanyakan langsung ke Hilmar mengapa dia sangat mencintai PKI.[]

(Penulis wartawan senior FNN.co.id)

Sejarawan UI : Andai Tahun ’65 PKI Menang, Tak Terbayangkan Jumlah Rakyat Indonesia akan Dibunuh !!!

Bangsa Indonesia wajib bersyukur pengkhianatan dan kudeta PKI pada 30 September 1965 berhasil ditumpas oleh TNI bersama Rakyat dan Ulama

Mengenal Tanda Tanda Nyata Kebangkitan PKI yang Terjadi Sejak Reformasi 1998

Seandainya dalam kudeta 1965 tersebut PKI berhasil menang, apa yang bakal terjadi?

Kuat Dugaan Rezim Jokowi Ingin Memutihkan PKI?

Menanggapi hal itu, Sejarawan Universitas Indonesia, Anhar Gonggong, mengungkapkan semua warga Indonesia yang anti PKI akan dibunuh, jika pada G30S/PKI, DN Aidit dan kawan-kawan berhasil merebut Tampuk kekuasaan.

“Kalau dia (PKI) menang, kita akan mati, cuman karena dia kalah, dia yang mati,” tegas Anhar kepada covesia.com melalui telepon seluler, Selasa (26/9/2017).

Anhar tidak bisa membayangkan berapa jumlah nyawa yang melayang jika saat itu PKI berhasil dalam misinya. “Sudah pasti angkanya jauh lebih besar dari Simpatisan PKI yang terbunuh, ngak terbayangkan berapa jumlah rakyat yang terbunuh,” jelasnya.

Menurutnya, pembunuhan massal sudah pasti terjadi.

“Jika kita melihat sejarah komunis di dunia, tidak ada revolusi tanpa pertumpahan darah dan pembunuhan,” tegasnya.

Kebiadaban Komunisme

Dikutip dari Republika, sejarah mencatat ideologi ini melakukan pemberontakan/kudeta di 75 negara, negara bagian, pulau, dan kota sepanjang masa 69 tahun (1918-1987); berhasil 28, gagal di 47 tempat. Marxisme-Leninisme-Stalinisme-Maoisme-Hoisme-Aiditisme-PolPotisme ini mendapat kesempatan berkuasa di dunia selama 74 tahun (1917-1991) di 28 negara.

Pemberontakan di 75 negara itu umumnya satu kali saja. Komunis Indonesia pegang rekor dunia: tiga kali berontak dan kudeta, 1926, 1948, dan 1965. Ketiga-tiganya gagal. Pemberontakan terpanjang berlangsung di Malaysia: 40 tahun, dan setiap tahun makan korban dari kedua pihak 200 orang.

Selama kurun 1917-1991 itu Partai Komunis membantai 120 juta manusia di 76 negara sehingga rata-rata 4.500 orang sehari selama 74 tahun (Courtois: 2000, Chang & Halliday: 2006).

Dalil sejarah yang sangat pahit adalah di mana pun bila Partai Komunis sukses merebut kekuasaan, mereka menjagal rakyat antikomunis.

https://t.co/jTyz2DCoim

Kuat Dugaan Rezim Jokowi Ingin Memutihkan PKI?

Saat ini sedang viral soal nama KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU) yang dihilangkan dari Kamus Sejarah Indonesia (KSI) Jilid 1 terbitan Kemendikbud. Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Dr Hilmar Farid (HF) mengatakan bahwa itu terjadi karena kealpaan. Buka kesengajaan.

KGB (KOMUNIS GAYA BARU) SEBUAH METAMORFOSIS PKI TELAH MENYUSUP KE DALAM SEMUA ASPEK KEHIDUPAN

Kalau dia alpa, maka itu berarti Hilman sangat khusyuk dengan nama-nama pentolan PKI yang dia cantumkan di KSI Jilid 1 yang kini ditarik dari peredaran. Skenario sengaja membuang nama KH Hasyim Asy’ari sangat masuk akal. Mengapa? Karena para ulama adalah musuh utama PKI. Sangat mungkin Hilmar tidak ingin generasi muda mengetahui perlawanan warga NU terhadap berbagai pemberontakan PKI di Indonesia.

Pembelokan Sejarah Bangsa Indonesia Dari Kekejaman PKI Dilakukan Satu Dekade Terakhir Rezim Kardus Jokowi

Ada video lama (2011) yang berjudul “Kaum Kiri dalam Historiography Orde Baru”. Bisa ditonton di Youtube. Di video ini, Hilman blak-blakan membela PKI. Video ini membuat saya tak percaya penghapusan nama Kiyai Hasyim Asy’ari itu tak disengaja.

Setelah mencermati video berdurasi 5 menitan itu, tidaklah berlebihan kalau disimpulkan bahwa Hilmar ingin memutihkan PKI. Dan kalau Anda amati selama 15 tahun ini, sangat terang-terangan sekali upaya pemutihan atau rehabilitasi PKI yang diupayakan oleh banyak pihak.

Masih di video 2011 itu, Hilmar mengatakan para penguasa Orde Baru merekayasa peristiwa sadis yang dilakukan oleh PKI pada 30 September 1965. Menurut Hilmar, landasan Orde Baru untuk berkuasa ialah dengan menginjak PKI.

Meskipun sudah 10 tahun berlalu, video ini bagus untuk disimak agar Anda tahu persis tentang pikiran Hilmar Farid. Menurut hemat saya, dia punya agenda jangka panjang untuk membersihkan nama PKI dari perbuatan keji dan kejam yang mereka lakukan terhadap para jenderal AD dan para ulama serta umat Islam pada umumnya.

Sekali lagi, saya yakin penghapusan nama KH Hasyim Asy’a